Sabtu, 21 September 2013

Resensi Novel EDNASTORIA



Resensi novel EDNASTORIA
By @sayfullan
                 
                Chanel, Prada, Jimmy Choo, Armani, Dior, LV, Hermes!!! oh-so-branded aren’t, it? Ngiler dan melotot pasti nih mata kalau ngebayangin cewek-cewek bertubuh tinggi dengan  kaki jenjang dan sempurna ‘menghidupkan’ karya-karya masterpiece para designer dunia. Sungguh sangat fashionable!!! Dan saya begitu menikmati tiap detil kata di buku yang ditulis mas De ini. Yapz, bahkan sampai berhasil membordir pertahanan alam bawah sadar saya untuk memimpikannya.  Zupeeerrrr!!!

Buku berkaver kuning ini, membuat saya langsung bernafsu untuk melahapnya sekaligus. Hanya desahan, oh, ih uh (kayak ngelahirin aja) yang terus keluar dari mulut saya. 100% melongo! Gimana nggak shocked terapi? EDNASTORIA begitu tuntas menguliti kehidupan wartawan fashion yang  glamourous, keren, dan high class. Si Penulis begitu lihai, mendeskripsikan tiap topik secara detil info-info seputar fashion yang begitu abso-fashion-lutely menarik, keren dan pastinya serat manfaat.

Nggak hanya detil diskriptif saja, konflik yang ringan namun nendang, dan joke-joke ala wartawan fashions di buku pertama ini dengan sukses  memanjakan urat tawa saya. Ah, andai bisa ngobrol langsung sama penulisnya, pasti saya juga bakal ngakak akut mendengar joke-joke-nya yang menggelitik itu. Dan efeknya, Geli akan menyerang saya tanpa ampun.

Trus, gimana sih ceritanya??? Penasaran??? Lets Gooooo...!!!

Saya nggak bakal terlalu spoiler yah dengan isi cerita. Pastinya nggak asyik dong kalau sesuatu yang misterius itu harus terbongkar sebelum waktunya. Apalagi terlalu dini, pasti nggak nikmat banget kan? #apasih. 

So, gini ringkasan ceritanya....
Buku 284 halaman ini mengisahkan tentang empat sekawan sahabat yang memiliki karakter berbeda namun punya banyak kesamaan. Alif, Didi, Nisa, dan Raisa, sama-sama wartawan di dunia fashion, sama-sama gilak, dan sama-sama suka lontong sayur. Nah, si saya, yang ditokohkan oleh Alif memagang kendali plot dan sudut pandang novel ini.

Alif yang gue banget #eh, adalah fashion editor di majalh file yang so perfect! (Pikiran saya diawal). Dia keren, berdedikasi, tegas, sahabat yang baik, solutif, dan juga selalu bisa nge-joke yang bikin lawan bicaranya menjadi bisa mesem-mesem nggak jelas. (Ini dari pandangan saya, lho!!!). Tapi, setelah seseorang crew baru di redaksi majalahnya, si EDNA yang cantik, manja, oh-so-fashionable and miss. Prada itu menantangnya untuk menjalin affair rahasia-hubungan diam-diam yang jika ada orang kantor tahu, maka selesailah sudah jalinan affair itu, Alif pun merasa dipecut. Dia begitu tertantang, dan tak bisa menolak ajakan EDNA. (Alif jadi nggak perfect deh)

Affair pun berjalan dengan lancar. Meski Alif harus mati-matian menutupi affair menggiurkan itu dari seisi kantor dan terutama dari ketiga sahabatnya. Gimana dia nggak mati-matian untuk menutupi hubungan itu? Ketiga sahabat pecinta lontong sayurnya Alif begitu lihai mencium gossip, affair, dan punya radar investigatif yang selalu on. Yeah, sama-sama wartawa sih! tapi inilah menariknya :)

Banyak misteri! Kalimat itu yang sepertinya pas saya berikan kepada buku ini. Meski mengusung konflik yang sederhana, namun tetap membuat saya penasaran dan ingin segera menuntaskannya. Dan puzzle-puzzle yang dihadirkan penulis, akhirnya Mas De buka di halaman-halaman akhir buku ini. Puzzle tentang masa lalu Alif, tentang penggemar fanatik Alif yang masih belum diketahui jenis kelaminnya, tentang model AJUS yang lari  ketakutan saat casting, hingga kasus penggantian sepatu prada yang lecet oleh EDNA. Semua terbungkus apik dan rapi untuk dituangkan penulis di akhir-akhir buku ini.

Namun,  menurut saya, keputusan penulis dalam menentukan takdir untuk EDNA terkesan terburu-buru dan mendadak. Jika tidak ada buku ke dua, mungkin saya akan sangat kecewa dengan kepergian EDNA yang terlalu cepat itu. Dan apa mungkin ini juga salah satu trik, Mas De untuk membuat pembaca ingin kembali membeli buku kedua tetralogi ini? Yeah, who knows???

Pokoknya, nggak nyesel deh baca cetakan ke dua dari buku yang awalnya berjudul Lontong sayur dalam lembaran fashion ini. Ngakak, tercengang, bengong, ‘kok bisa’, ‘oh ternyata’, 'bisa-bisanya sih' dan kata-kata lain yang mewakili kata takjub terlontar dari bibir saya. Tapi sebel juga sih ya, coz bikin mupeng!!!  Yeah, apalagi? Buat orang biasa seperti saya, buku inilah cara saya memanjakan imajinasi dengan berwisata sebentar dalam dunia fashion yang terlihat begitu mewah..  :p

Good Book, mas De !!!

Judul Buku          : EDNASTORIA (Lontong Sayur Dalam Lembaran Fashion)
Penulis                : Syahmedi Dean
Penerbit              : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Halaman    : 284 Halaman
Cetakan              : Cetakan kedua, Juli 2013

@sayfullan

Kamis, 12 September 2013

KUIS berhadiah 2 NOVEL #AROPY

Jumat Barokah!!!
Hai hai hai....
Akhirnya bisa nongol lagi di blog. Ah, lama nggak ngeksis tuh rasanya sesuatu banget. Dan pagi ini, aku mau bikin kuis nih!

Hadiahnya dua novel aku yang kece, bikin ngakak, plus terharu, apalagi kalau nggak si #Aropy *narsis kumat. Nih ada fotonya si sekseh #Aropy:


Trus gimana aturan maen kuisnya??? Gampang and nggak ribet deh. Simak yah :)
1. Pertama kamu kudu follow dulu akun twitter aku @sayfullan

2. Ajak dua temen kamu (dengan cara mention) buat  ikutin kuis ini plus link info kuis (Tenang aja, bisa copas dari tweet aku)

3. Share 1 photo terunik, teraneh, terlucu kamu via twitter dan mention aku.

Dah itu doang... gampang khan???


2 photo terunik bakalan langsung dapetin 2 novel #Aropy plus ttd...


Kuis ditutup hari senin, 16 september 2013 lho...
dan langsung diumumin pemenangnya :)

So, ayoo!!! ikutannnn!!! dan ajak temen-temen kamu buat narsis bareng !!!




with love
@sayfullan







Selasa, 09 Juli 2013

Vonis ginjal itu... (Tulisanku 3 tahun lalu)


Masih terngiang di telingaku suara Dokter di Karawang tempatku bekerja. Begitu mengejutkanku. Aku dapat merasakan kecemasan dalam perkataannya, tapi aku tidak memeperhatikannya. Toh, aku memang merasa cukup kuat dan sehat waktu itu. Paling banter sakit tipus, batinku.
“Maaf, kami perlu memeriksa darah mas,” katanya yang bukan orang Sunda asli itu setelah merekam jantungku dan memasangkanku selang oksigen.
“Memang perlu makai ini ya, Dok?” tanyaku pada Dokter jaga UGD sambil menunjukkan selang Oksigen.
“Saturasi Oksigen dalam tubuh mas rendah, jadi perlu oksigen.”
“Oh gitu.” Jawabku santai, “Mang kira-kira aku sakit apa sih Dok, kayaknya ribet amat,” tanyaku lagi penasaran.
“Masih belum tahu mas, analisis sementara Mas Saiful mengalami hipertensi dan anemia akut,” jelas dokter tinggi ini dengan sabar.
Aku tidak membalas, hanya mulutku yang membentuk huruf “O” sebagai tanda aku mengerti dengan penjelasannya.
“Oke, kami bawa sample darah ini ke laborat, dan hasilnya sekitar setelah Magrib, mas.”
“Siap Pak Dokter,” candaku sambil posisi tangan hormat.
Setelah pemeriksaan awal selesai, aku dipindahkan di ruang inap untuk menunggu hasil laboratorium.
Di rumah sakit yang agak kecil ini aku berdua dengan teman sekantor yang juga perantauan dari Semarang. Dialah yang mengurus semua administrasiku, bisa dibilang agak susah prosedur yang diberikan rumah sakit untuk karyawan yang mendapatkan asuransi dari perusahaan. Tetapi, aku tetap bersyukur, masih bisa berobat gratis. Yeah, mengingat banyak orang yang harus merelakan nyawa keluarganya karena tidak ada biaya untuk ke rumah sakit.
Kumadang Azan Magrib pertanda waktu menghadap Sang Khalik. Aku mendirikan sholat dengan duduk di kasur. Temanku yang tadi mengantarkanku sudah pulang setelah masalah administrasi selesai. Setelah melaksanakan rukun islam ini, dokter  tadi memasauki ruanganku dengan kertas ditangannya. Rona wajahnya meredup tertutup oleh kecemasan.
“Ini hasil Lab. Mas Saiful sudah ada,” kata dokter itu memulai.
“Gimana hasilnya, Dok?” tanyaku menyembunyikan kecemasan.
“Mas, harus telepon keluarga sekarang.”
“Mang ada apa denganku, Dok?”
Dokter tidak menjawab, “Tolong sambungkan dengan keluarga Mas Saiful di Semarang, sekarang juga!”
Tanganku langsung memencet keypad samsung corby-ku. Aku Telepon Kakak keduaku, karena Emak tidak pernah punya handphone dan Bapakku sudah lama meninggal. Jadi, tinggal kakakku itu yang menggantikan posisi Bapak sekarang.
Setelah tersambung, telepon langsung aku berikan kepada Dokter.
Aku mendengar kata-kata Dokter itu kepada Kakak. Aku terpukul, tidak percaya dengan apa yang dokter di sampingku katakan.
###
 “Gagal ginjal atau mengalami kerusakan ginjal mengharuskan penderitanya untuk melakukan hemodialisa secara rutin,” penjelasan dokter kepadaku, setelah mengakhiri percakapannya dengan kakakku.
“Apa itu hemodialisa, dok?” tanyaku dengan sedikit lemah.
“Hemodialisa itu sama dengan Cuci darah, mas.”
“Jadi darahku dicuci?” tanyaku lagi dengan lugu.
Dokter tersenyum simpul, kemudian ia melanjutkan penjelasannya, “Cuci darah merupakan proses penyaringan darah.”
“Disaring? Dari apa?”
“Ya dari air dan zat-zat sampah, karena ginjal Mas Saiful kini tidak lagi mampu menyaring darah lagi.”
“Jadi seumur hidup aku harus melakukan ini?”
“Iya, sebelum ginjal mas belum benar-benar berfungsi.”
Itulah percakapan terakhirku dengan Dokter. Aku tak sanggup lagi membayangkan keadaanku kelak. Harus tergantung dengan mesin pengganti ginjal itu. Aku ingin protes! Ingin marah!!
“Kenapa harus aku Ya Allah, Kenapa??” jerit hatiku membayangkan masa depanku yang kini semakin terlihat gelap dan suram.
Sejak percakapan itu aku terus memikirkan perkataan-perkataan dokter. Pikiranku tak henti-henti mencerna sederet pertanyaan hati yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Ya, karena aku yakin, suatu saat Allah akan menjawabnya.
###
Subuh, aku terbangun. Tanganku sibuk mencari handphone yang sempat aku tiduri semalaman. Keingin menelpon keluargalah yang membuatku belangsatan mencari handphone-ku satu-satunya itu.
Usahaku sia-sia. Hp-ku lenyap. Aku kalang kabut.
“Pasti ada orang yang mengambilnya!!!” bisik hatiku.
Dugaanku menguat karena memang semalaman aku sendirian di Rumah Sakit ini. Tak ada yang menungguiku tadi malam. Yeah, karena memang semua temanku pulang dan tak menginap.
“Ya Tuhan, aku tidak hafal nomor keluargaku. Bagaimana aku menghubungi mereka tentang dimana keberadaanku?” kataku sangat cemas.
Ikhlas dan sabar memang ingin diajarkan Tuhan waktu itu. Aku hanya bisa pasrah.
Rencana akan dipindahkannya aku ke rumah sakit yang memiliki mesin HD akan segera dilakukan pagi itu juga. Suara microphone dari ruang perawat rumah sakit memanggil-manggil keluargaku.
“Keluarga pasien Saiful harap ke ruang perawat sekarang. Saya ulangi, Keluarga pasien Saiful harap ke ruang perawat sekarang.”
Suara perawat itu terus meraung-raung. Berkali-kali dan tidak juga ada respon. Putus asa, perawat itu akhirnya datang ke ruanganku.
“Aa, keluarganya mana?”
“Maaf, Mereka baru datang dua hari lagi.”
“Trus ini yang ngurus administrasinya siapa, sebagai perawat kami tidak bisa bantu.”
Wanita berjilbab ini juga menambahkan, “Harus ada tanda tangan dari keluarga Aa.”
“Hpku hilang semalam, jadi tidak bisa telepon teman buat kemari,” jawabku lesu.
“Nomornya gak hafal? Biar saya telponkan.”
“Enggak,” kataku sambil menggeleng pasrah.
“Kalau memang belum ada keluarga atau teman, jadi Aa dirawat di sini dulu. Tetapi jika keadaan Aa memburuk, karena racun dalam darah naik maka perlu segera di hemodialisa secepatnya”
“Ok, makasih.”
Pasrah, ya, hanya itulah yang bisa kulakukan. Tanpa handphone, teman, bahkan keluargaku. Aku sendiri, mendekap dalam ruang perawatann. Menangung penyakit yang menimpaku dengan tiba-tiba. Tanpa aba-aba!!!
Aku terus berdoa, berharap ada teman yang tidak diduga-duga datang menjenguk. Agar maslah persyaratan dan segala hal administrasi yang membuatku stress ini dapat diselesaikan.
Dan benar, Allah mengabulkan doaku. Sahabatku datang ke ruangan dengan muka yang kusut dan menahan kantuk karena pulang dari kerja. Aku tidak peduli, dengan tergesa-gesa aku minta tolong agar dia sudi mengurus administrasi pemindahanku. Dan Alhamdulillah, dia bersedia. Namun, otakku masih berpikir bagaimana cara keluargaku menemukanku? Sedangkan tidak ada contact yang kuingat dan kucatat L
###
Aku masih lugu dan belum mengetahui betul penyakitku ini. Anggapan bahwa mungkin hanya perlu cuci darah sebulan untuk menyembuhkan penyakit ini membuat semangatku menghitung hari semakin tinggi. Ternyata fakta menyebutkan lain. Setelah satu bulan aku mengukur waktu ternyata kadar racun dalam tubuhku terlalu tinggi, yaitu 15,3 mg/dl. Padahal untuk orang dikatakan normal kadar racun dalam tubuh sekitar 0,6 sampai 1,2 mg/dl. Dan aku baru tahu, angka itu menunjukkan bahwa aku termasuk penderita gagal ginjal terminal, dan harus melakukan cuci darah seumur hidup agar bisa bertahan hidup.
Vonis dokter itu terlalu berat buatku, aku tidak sanggup menerima penyakit ini. Aku belum bisa ikhlas membayangkan harus tergantung pada alat pengganti ginjal selama sisa hidupku. Terlebih, aku juga harus meninggalkan profesiku sebagai Engineer di salah satu perusahaan swasta dan total menghentikan aktivitas keseharianku yang kata Dokter hanya akan menguras banyak energiku.
“Apakah ini berarti aku harus kehilangan masa depanku, Ya Allah???”
###
Setelah beberapa bulan menjadi pasien gagl ginjal, aku merasa bukan aku yang dulu, aku bukan lagi orang yang ceria dan aktif. Bukan pula orang yang banyak kesibukan baik di organisasi maupun club-club olahraga dan seni.
Aku selalu menyendiri, mengutuk penyakitku yang membuat aku terbelenggu. Dan hal yang paling menyiksaku, yeah selain lemah, mual dan muntah adalah dilarang minum dalam kuantitas banyak.
“Ya Allah, hanya ingin minum aku pun dilarang???”
Padahal, biasanya bergelas-gelas air sanggup kuhabiskan dalam sehari. Kini hanya 1,5 gelas air perhari!!! Tidak heran kulitku kini terasa kering dan dehidrasi akut melanda.
###
Itulah kira-kira mindset-ku dulu. Selalu mengeluh dan mengeluh. Aku juga merasa menjadi orang paling menderita sedunia dengan penyakitku ini. Tidak terbesit dibenakku waktu itu, bagaimana nasib orang-orang yang dicoba dengan penyakit Stroke, yang tidak sanggup berjalan. Jangankan untuk berjalan, menggerakkan tangan dan kakinya saja mereka tidak mampu. Mereka juga harus menerima dirinya yang tidak bisa makan, minum, dan buang air sendiri,  dan harus menahan kebosanan hanya tergeletak di kasur tanpa bisa melakukan lebih banyak hal lagi.
Membayangkan itu, kini rasa syukurku memenuhi kalbu. Berterima kasih dan bisa menerima akan ujian ini yang sekarang mulai aku pelajari.
Kini aku belajar untuk ikhlas. Nerimo! Aku percaya bahwa semua yang terjadi adalah kehendak-Nya dan aku harus menerimanya. Bukankah Tuhan, selalu memberikan yang terbaik buat kita? Dan segala skenario-Nya adalah jalan terindah untuk semua mahluk di muka bumi ini.
###
Catatan : 
Itu tulisanku tiga bulan setelah aku divonis gagal ginjal terminal. Dan setelah tiga tahun ini, Allah seperti membukakan jawabannya. Yeah, not Engineer, but Writer is my destiny....

Dalam tulisan ini, Thanks for :    
@coliz - yg ngurus administrasi di awal masuk RS
@Syafei - yg tiba-tiba datang saat aku membutuhkan seseorang. Kamu sahabat yang diutus Allah untuk mengurus pemindahan rumah sakit dan HD pertama kali.
@Pencuri Hp - Janji Allah benar, karenamu kini Allah telah mengganti HP yang lebih bagus dan canggih :)
@Edi akhiles - yang membuka kesempatanku menjadi penulis :)
Semua support dari keluarga, teman, dan saudara yang tidak bisa kusebut satu per satu. I love u All :)


In My Room
@sayfullan

Senin, 08 Juli 2013

Thank’s to... (Telaaattt for novel #Aropy)



 Matursuwun sanget buat my God, Allah, yang masih menyediakan oksigen dalam udara, dan membiarkan komposisinya tetap sama. Nggak bisa bayangin jika komposisi oksigen di bumi berubah, kiamat kali yah J
Teladanku, My Prophet Muhammad, SAW.
Ginjalku, meskipun sekarang dah nggak berfungsi lagi, tapi karenamu-lah aku bisa bangkit! Bahwa, aku harus tetap bersyukur, apapun takdir hidupku. (Maaf yah Ginjal, karena keegoisanku yang tak merawatmu, kau jadi mati, disfungsi!! L)
My Famz, yang oh-so-STRONG ngadepin pasien yang bandel kayak aku, thanks untuk kesabarannya, karena kini aku bukan lagi seseorang yang mandiri. Spesial untuk Alm. Emak dan Alm. Bapak (Aku nerbitin buku Mak!!)
Nggak lupa juga trimakasih buat ketujuh kakakku, keduabelas ponakan, dan kedua cucuku. You are my big  inspiration...
Pak Edi Mulyono dan Ibu May, yang telah membuka gerbang takdirku untuk menjadi penulis kece dengan program-program DIVA PRESS yang cetar badai, booombastic, unyu, lucu, and HOT at once. Top markotop jos gandos deh buat pak CEO Koplak Diva Press J
Semua temen2 KF1 (geng random kepala Mami Kos @zachira), adek2 KF selanjutnya, Dynamizer, Tekkim Undip 2005, Geng TAWON, GEMES, Perawat HD RS. Roemani dan semua kawan yang nggak muat kalau ditulis satu satu. Pokoknya makasih buat supportnya.
 Semoga Novel ini dapat menyentuh hati semua pembaca, dan memberikan sebuah pembelajaran hidup, bahwa semuanya akan indah pada waktunya. Dengan cara dan rencana yang hanya Tuhan yang tahu, karena hidup kita ibarat sebuah novel, dan Allah-lah sang penulis Agungnya.
Salam hangat J

@sayfullan

Minggu, 07 Juli 2013

Angel




Begitu banyak “style” dan aroma lelaki yang sudah meniduriku. Aku tidak pernah mengeluh, apalagi protes. Aku hanya pasrah dan “legowo”. Yeah, untuk bertahan hidup.
###
Hidup menurutku hanya ruang kosong yang perlu diisi, dan tergantung orang yang punya hidup, mau mengisi hidupnya dengan apa. Kebaikan? Kejahatan?
Yeah, asal tetep ingat  saja, kalau semua pasti ada konsekuensinya!!
Cukup menguras energi  mengerjakan semua kewajibanku. Aku bilang kewajiban karena memang aku telah dibayar. Bayangkan, begitu banyak para lelaki rela antre dan mengeluarkan kocek yang lumayan, cuma untuk satu tujuan, KEPUASAN. Dan itulah tugasku, harus membantu mereka untuk mencapainya. Apakah aku perlu mengasihani diri??
Justru aku yang kasihan pada semua klienku itu. Hahahaha....
Tidak jarang aku juga mendapat perlakuan yang di batas perlakuan normal, seperti pukulan untuk menambah hasrat bercinta, ataupun permainan-permainan yang aku anggap tolol dan menjijikan. Tetapi aku tidak protes.
Aku sudah dibeli!!
Mungkin kalian berpikir aku tidak merasakan kenikmatan bersama klien, tidak seratus persen benar. Karena memang kadang aku sangat menikmati sensasi ini, tetapi juga kadang sangat jijik dengan sentuhan lelaki-lelaki jalang ini. Absurd!! Dan aku tidak sanggup mendiskripsikan hal ini. Yeah, karena semua ini hanya untuk dirasa, bukan untuk dipikirkan dan ditarik kesimpulan.
###
Mungkin kalian tak akan percaya, jika aku telah menjadi “most wanted” di sini. Bukan semata-mata karena servisku yang memuaskan , tetapi banyak lelaki tertarik dengan pemikiran dan tulisan-tulisanku.
O ya, hobbiku adalah menulis. So, semua data tentang analisis klienku tertata rapi di perpustakaan pribadiku. Aku juga suka meneliti tentang pengaruh psikologi terhadap kemampuan bercinta lelaki, dan semua telah teruji. Dengan diriku sendiri sebagai sample percobaan. Dan inilah yang membedakanku dengan wanita malam lainnya.
Seperti Dia, aku tidak akan menyebutkan namanya, sebab dia begitu intim dan menginspirasiku. Lelaki yang memesona dengan tubuh yang sangat “unproprotional” itu, bagiku adalah lelaki terseksi yang pernah kukenal. Masih jelas di benakku percakapan pertamaku.
 “Aku tidak melihatmu seperti yang lain?!” tanyanya melihatku dengan sangat teliti.
“Aku wanita berkelas disini!” sambil membuka sedikit lengan gaunku di antara dadaku.
“Menurutmu kamu seksi ha? Main buka-buka!!”
“Cerdas!” jawabku saambil menatap tajam matanya, “Cerdas salah satu unsur seksi juga kok!”
 “Berapa yang kamu minta?”
 “Ups, kita sedang berbisnis?”
 “Menurutmu?” tanyanya sedikit emosi.
 “Lihat jam yang ada di dinding itu, kita sudah menghabiskan 20 menit untuk ngobrol.”
“Lalu?”
 “Satu jam aku bisa mendapatkan 18 juta, jadi 1 menitku berharga 300 ribu. Sayang, kau sudah menghabiskan jatahmu enam juta.”
 “ Aku membayarmu untuk ngobrol, Angel!”
Sungguh lelaki aneh. Dia tidak menyentuhku sama sekali malam itu. Dia menghambur-hamburkan uangnya hanya untuk mengobrol denganku.
“Salah satu tipe klient yang menguntungkan dan penuh prospek.”
Tunggu, tapi, kenapa aku selalu melihat kesedihan di matanya??
###
Tarifku memang terlalu mahal, jadi klient kelas kakap dan maaf non berpendidikan tidak akan sanggup menggotongku di ranjang empuk hotel. Aku dan klientku selalu mengawali acara panas dini hari dengan diskusi, banyak topik yang tidak terencana sebelumnya menjadi seru. Dan lagi-lagi sistem timer berjalan.
Mungkin aku telah mengkhianati dunia kami ini. Terserah dan masa bodoh!! Prinsipku dan prinsip kebanyakan wanita malam di sini tidak harus disamakan, kami sudah cukup dewasa untuk menanggung setiap konsekuensi dari pilihan kami.Lagi-lagi lelaki aneh itu datang, di malam lainnya.
“Pasti hanya ingin sekedar untuk berbincang dengan ku, batinku melihat dia menuju kamarku.”
 ”Aku kangen kamu Angel!”
 “Perkataanmu tidak berbobot!”
 “Aku tahu, kamu sedang berbohong!” bantahnya.
 “Setidaknya, aku tidak menjadi pecundang seperti kamu!”
 “Hahahahahaha, mau melayaniku malam ini?”
 “Untuk apa?”
 “ Bermain-bermainlah denganku!” katanya memohon seperti balita minta ASI.
 Jujur, malam itu adalah malam yang kutunggu. Dapat merasakan tubuh lelaki aneh, lelaki yang berbeda. Walaupun jauh dari sempurna, tetapi aku begitu bernafsu malam itu. Saat aku mulai menikmati sentuhannya, tiba-tiba dia menangis terisak.
 “Aku tak sanggup!”
 “Kenapa? Kamu belum siap?!” tanyaku lembut.
 “Aku terlalu kerdil di hadapanmu, aku tak sanggup, Angel!! Apa kamu tahu, aku selalu mendengar cacian Istriku setelah kami bercinta?? Bahkan, aku telah melihat dia dengan lelaki lain di kamar kami. Aku lemah!!”
 “ Dan aku bukan Istrimu itu!! Aku sudah lama menunggu kedatanganmu malam ini!! Tolong jangan kecewakan aku!!!”
 “Tapi, aku takut mengecewakanmu!”
 “Tidak ada kata kecewa, aku bidadarimu malam ini! Miliki aku!”
###
Itulah kisahku delapan tahun yang lalu ketika aku berjumpa dengan suamiku. Kini, kami sangat bahagia. Akhirnya dia mendapat kepercayaan dirinya kembali untuk menjalin suatu hubungan atas trauma yang telah dideritanya. Aku memang wanita penghibur, tetapi tidak untuk menjual tubuhku.

Biografi Penulis :
Aku Angel, wanita penghibur yang terkenal karena kecerdasanku.  Aku Mahasiswa Jurusan kedokteran semester akhir dan tidak malu dengan profesiku. Aku tidak melayani urusan bercinta dengan sembarang orang, tentunya dengan satu atau berbagai alasan.
Aku hanya ingin bertugas  seperti psikiater yang menghilangkan penat para lelaki kurang perhatian. Bukankah, terkadang tidak semua terapi menggunakan sex? Menjadi teman yang setia dan siap menampung curhat para klient dan memberi perhatian tulus serta ide-ide kreatif dalam menjalin sebuah koneksi membuat aku percaya diri.
Kini, aku sudah menghentikan profesi itu, dan menjadi Dokter spesialis penyakit dalam. Aku belum puas sampai di situ. Keinginanku untuk mengasah kemampuanku berkomunikasi dan berelasi memotivasiku untuk mengambil kuliah lagi di Fakultas Fisip Jurusan komunikasi massa, dan mengambil spesialisasi PR di Universitas Swasta Ibu Kota.
Yang terpenting buatku kini adalah menjadi Ibu rumah tangga dengan  tiga anak yang sangat membanggakan. Aku juga masih ikut aktif di bidang sosial seperti waktu kuliah dulu.
Dan inilah aku! Angel.