Aku tak
pernah menyangka, bahwa ‘keangkuhan’ yang membuatku terluka, kini malah menjadi
obat paling mujarab. Yang pernah membuatku jatuh tak berdaya, namun sekaligus
menjadi dongkrak untuk bangkit membuka mata.
Aku
menghempaskan napas kuat-kuat. Mencoba mengingat kembali kisah masa lalu yang
terpatri di hati.
Tanganku
mulai menari di atas keyboard. Mengalirkan semua kenangan di ceruk hati
terdalam lewat sebuah kata. Aku pun bersiap dengan tangis, meratapi lembar
hidup yang sudah terjadi.
“Ah!
Menangis lagi!” pekik hatiku
Aku
memang terlalu cengeng, jika menumpahkan kembali kisah hidupku. Atau terlalu
berani? Entahlah!
Aku
kembali teringat teoriku tentang kunci dan gembok hati. Dulu aku hanya berpikir,
hanyalah dia yang menggenggam kunci hatiku. Sampai aku mengimani tidak ada perempuan lain yang bisa membuatku jatuh cinta.
Lalu
pertanyaan muncul di benakku,“Kalau
tidak dia? Apakah hatiku juga tidak bisa terbuka”
Tunggu
dulu! Hidup yang mengajarkanku. Dengan putaran episode masa lalu, ternyata secara
tidak sadar lubang gembokku telah berubah, menjadi bentuk lain seperti bentuk
kunci yang kuinginkan.
“Dan itu
kamu! kuncimu!! Aku rela belajar mencintai kamu! Menunggu kamu! Bukankah itu
yang selalu kamu ajarkan kepadaku, tentang makna cinta yang selalu membebaskan,
tidak mengikat! Kini aku bebas! Bisa belajar mencintai, kamu!”
Ah hanya
teori!
Akupun
kembali fokus di layar 14 inch di depanku, dengan lagu kesuakaan yang mengalun
indah, aku memulai, menulis dari kata menjadi kalimat, dari kalimat menjadi
sebuah kisah, sebuah cerita hidup tentang keangkuhanku, dia, dan kamu!
Jleb jleb jleb
BalasHapusOfi galau...perlu dimention orangnya nggak nih???
BalasHapus