Jumat, 05 Desember 2014

KUPU-KUPU DIAM


Ulat menggeliat tak tenang, dibelenggu daun-daun kering yang meringkuk melingkar. Buatnya itu pertanda, bahwa masa menahan diri hampir tiba. 

Dengan mata nanar, dia mencoba pasrah. Ikhlas menunaikan peran dari semesta. Dia tidak berontak, pun  melawan. Diam. Ya, hanya diam yang bisa dia lakukan. Diam bukan berarti lemah, diam bukan berarti tanpa daya. Dalam diam, kekuatan besar itu tersimpan. Ya, berjuta energi agung yang jika telah tiba saatnya akan menampakkan keindahannya pada dunia. Mensyukuri diri barunya. Sayapnya, warnanya. Dialah kupu-kupu sang keindahan mahluk alam.  

Begitu pula dengan kita. Mungkin aku selalu diam. Atau tidak pernah mengutarakan. Tapi, di tiap rapalan doa, namamulah yang selalu terbasuh diantara asma-asma agungNya. Aku diam bukan berarti tidak bergerak. Aku diam bukan berarti tidak memihak. Karena dalam diam, aku menyanyangimu diam-diam. Hingga waktu tepat kelak, yang telah terjalin dalam tautan takdir kita, keindahan itu akan menjelma. 

Seperti lahirnya sang kupu-kupu, begitulah aku ingin belajar mencintaimu… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar