Jumat, 22 Maret 2013

#1 Day is U



Berderet cangkir kosong di sebelah meja itu membisu. Berjejer rapi seperti barisan para anggota TNI. Hanya tinggal secangkir kopi yang masih utuh,  namun kepulan asapnya lamat-lamat telah lenyap. Tangan gadis itu menopang kepala yang seolah berton-ton beratnya. Dia tidak peduli, jika rambut pendeknya menjadi acak-acakan. Dengan mata terpejam, kemudian ia gerak-gerakkan lengannya ke atas, ke samping, hingga ke bawah. Sesekali dia menyeruput sedikit cairan hitam kental di sampingnya. Meskipun telah dingin, namun sensasi damai yang tiada tanding masih sanggup  ia cercap. Dia rela, jika harus meneguk beberapa cangkir kopi lagi. Asalkan bisa menemukan tempat persembunyian dari sang inspirasi. 
Dayu Reswara, gadis bertubuh langsing itu harus pasrah hanya duduk tanpa sedikit pun inspirasi menghampiri. Layar laptope di meja kerjanya itu kosong, putih, tanpa satu kata pun terketik. Blower Apple yang sudah setengah jam berdengung semakin menambah bingung. Dia mulai resah, kepalanya kian terasa pening parah. Dengan cepat, tangannya mengibas-kibaskan poni  rambutnya yang selalu menjulur ke depan. Ditambah dengan gerakan-gerakan absurd lainnya, ia persis seperti orang gila. Bukan terlihat sebagai seorang sastrawan, Dayu malah mirip dengan orang kesurupan.
Sebagai seorang penulis dan wakil Pemred di salah satu majalah wanita terkenal, kebiasaan aneh Dayu ini sudah tidak mencengangkan lagi. Jika tidak ada ide atau inspirasi, dengan sendirinya tangannya akan bergerak-gerak bebas. Layaknya seorang dukun yang sedang memanggil arwah, mulutnya juga ikut komat-kamit merapal mantra ajaib.
“Ide datanglah.. Inspirasi datanglah.. ide datanglah..”
Dalam ikhtiar yang tidak sebentar, akhirnya yang ia tunggu-tunggu datang. Ide itu muncul. Berupa embrio dalam otaknya. Embrio ide itu kemudian tumbuh dan berkembang, membesar dan semakin membesar. Sampi terasa mau meledak. Sebelum hal itu terjadi, ia buru-buru ingin menumpahkan ledakan ide itu di layar putih laptopnya. Namun, saat jemari lentiknya akan menyentuh keyboard, smartphone di sampingnya berdering hebat. 
“Aaaarggghhh!! Siapa sih? Ganggu aja!” umpatnya dalam hati. 
Dia marah. Takut ide-ide dalam tengkoraknya raib oleh suara berisik HP yang menggerutu tak tahu malu. Dengan lincah dia menyambar gadget kesayangan, menekan layarnya dan siaga dengan makian andalannya.
“Aku lagi sibuk! Kenapa sih selalu nelpon di waktu yang salah?” terocos Dayu geram.
Terdengar suara lembut seorang pria menjawab, “Maaf Yu, bukan maksud untuk ganggu kamu dan kerjaan kamu! Cuman mak...”
“Panggil aku Day!” potong Dayu cepat, “aku paling sebel kamu panggil, Yu! Emangnya aku YUYU!”
“Iya, Yu..eh Day!” kata lelaki itu sedikit gugup.
“Dah ah, lagi sibuk nih. Natar malem ketemuan aja! Oke! Bye!” kata Dayu mengakhiri obrolan pagi itu secara paksa.
Hasratnya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Dia atas keyboard, tangannya kepalang tak sabar ingin menumpahkan semua ledakan ide dari otaknya. Dalam kekhusyukannya meramu semua ide dan inspirasi menjadi cerita hidup, imajinasinya melambung tanpa batas. Tidak ada dimensi waktu yang berlaku, semua berhenti, bergumul di ranah dunianya. Hingga ia tersadar, telah menorehkan beribu-ribu kata dalam kanvas laptopnya. Tanpa beban, mengalir dan terus mengalir, sampai meluber ke sela-sela hatinya.

 23 maret 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar